biografi soekitman, biografi sukitman,sukitman saksi hidup pembantaian 7 jenderal,pangkat terakhir polisi sukitman,kesaksian sukitman

Biografi Sukitman - Pada malam tanggal 30 September 1965, dua orang polisi Tingkat II sedang bertugas dan berpatroli di pos jaga Iskandarsyah, dekat kediaman Brigjen D.I Pandjaitan. Tiba-tiba mereka mendengar suara tembakan. Salah satu polisi segera bergegas menghampiri sumber suara yang ternyata berasal dari arah kediaman Jenderal D.I Panjaitan. Namun, sekelompok orang menghadang dan menculiknya. Agen Polisi Tingkat II yang diculik itu adalah Sukitman. 

Sukitman adalah saksi peristiwa 30 September 1965, dimana para jenderal diculik dan dibunuh di Lubang Buaya.

Masa Kecil dan Pendidikan Sukitman

Sukitman atau Soekitman (ejaan lama) lahir pada tanggal 30 Maret 1943 di Cimanggu, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Setelah lulus dari Sekolah Rakjat, Soekitman berangkat ke Jakarta untuk mendaftar sebagai seorang polisi. Tempat pendaftaran waktu itu di Hoofdbureau, di depan Istana Negara. Mengutip dari tirto.id, Ketika mendaftar, seperti yang ditulis Sri Mulyani Sugiarto dalam Peranan Anggota Polri Agen Polisi Tk. II Sukitman (1995), nomor pendaftarannya telah habis. 

Sukitman tidak menyerah. Kepada petugas, ia mengaku berasal dari kampung, sebuah pelosok yang sangat jauh dari Jakarta. Ia pun akhirnya dapat mengikuti tes dan diterima masuk Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kramat Jati. 

Sukitman menyelesaikan pendidikannya pada Januari 1963 dan dilantik menjadi Agen Polisi Tingkat II. Ia memulai karier sebagai polisi di Markas Polisi Seksi VIII Kebayoran, Jakarta, sebagai anggota perintis dari Kesatuan Perintis/Sabhara.

Sukitman Saksi Peristiwa 30 September 1965

Pada malam 30 September 1965, Sukitman bersama rekannya, Polisi Tingkat II Soetarno, sedang mendapat tugas berjaga dan berpatroli di pos jaga Iskandarsyah, dekat kediaman Brigjen D.I Pandjaitan.. Setelah mendengar suara tembakan, Sukitman segera bergegas menghampiri sumber suara yang ternyata berasal dari arah kediaman Jenderal D.I Panjaitan. Namun, sekelompok orang menghadang dan menculiknya. Sukitman kemudian dibawa ke Lubang Buaya.

Setelah tiba di Lubang Buaya, Sukitman mendengar salah seorang dari kelompok bersenjata itu berkata bahwa Letnan Jenderal Ahmad Yani, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) telah dibunuh. Dalam keremangan subuh, ia melihat korban penculikan yang masih hidup dianiaya dan akhirnya dimasukkan ke dalam sumur dengan posisi kepala terlebih dahulu, lalu diberondong peluru. Sukitman awalnya juga akan dibunuh. Namun dicegah oleh Ishak Bahar, salah seorang anggota pasukan Cakrabhirawa. 

Sukitman lalu dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. Di pangkalan udara tersebut, Sukitman ketiduran di bawah sebuah truk. Ia hanya mendengar sayup-sayup suara tembakan pasukan penculik jenderal dan pasukan pembebas. Ketika bangun tidur, ia melihat pasukan yang ada di Pangkalan Udara Halim telah berganti, bukan lagi kelompok yang membawanya ke Lubang Buaya. Kepada pasukan baru itu ia mengaku dirinya adalah polisi yang dibawa pasukan penculik dari Kebayoran. 

Sukitman tak bisa memastikan siapa saja orang-orang yang diculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Sukitman hanya bisa menginformasikan bahwa mereka yang dihabisi adalah orang-orang yang diteriaki "kabir" oleh para pembunuhnya. Sukitman kemudian dibawa ke markas Resimen Cakrabirawa.

Sukitman kemudian diperiksa oleh Ali Ebram, seorang perwira intelejen cakrabhirawa. Esok paginya, ia dibawa ke Kodam Jaya untuk menghadap Pangdam Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah. Selanjutnya ia dibawa ke Cijantung untuk bertemu Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Dari kesaksian Soekitman itulah akhirnya dapat ditemukan jejak pembunuhan dan tempat pembuangan mayat para jenderal di Lubang Buaya.

Selang beberapa tahun setelah peristiwa 30 September 1965 itu, di tahun 1982, Soekitman bertemu lagi dengan Sarwo Edhi Wibowo. Setelah itu Sarwo Edhi Wibowo menulis surat kepada Kapolri Jenderal Awaloeddin Djamin. Surat itu adalah rekomendasi supaya Soekitman disekolahkan ke sekolah perwira kepolisian. 

Atas bantuan Sarwo Edhi Wibowo, akhirnya pada Agustus 1982 Sukitman dimasukkan ke Sekolah Calon Perwira (Secapa) Polri selama empat bulan di Sukabumi, Jawa Barat. Pada tahun 1983, Sukitman ditempatkan di Brigade Motor. Pada tahun 1998, Soekitman pensiun dari kepolisian. Pangkat terakhir Sukitman adalah Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) yang setara dengan Letnan Kolonel Kepolisian. 

Akhir Hayat Sukitman

Sukitman meninggal pada tanggal 13 Agustus 2007, di usia 64 tahun, di Rumah Sakit Bakti Yudha Depok, Jawa Barat. Beliau disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta, dan dihormati dengan upacara kemiliteran.


Dihimpun dari berbagai Sumber, antara lain : liputan6.com, nasional.okezone.com, tirto.id