
Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya berlangsung di tanah air, tetapi juga di luar negeri. Salah satu tonggak penting yang sering terlupakan adalah Perhimpunan Indonesia (PI), organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda yang berperan besar dalam membentuk kesadaran nasional dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di kancah internasional.
Melalui organisasi ini, muncul tokoh-tokoh muda seperti Mohammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, dan Sutan Sjahrir yang kelak menjadi pemimpin penting dalam perjalanan bangsa. Artikel ini akan mengulas sejarah berdirinya Perhimpunan Indonesia, peran politiknya, hingga pengaruhnya terhadap gerakan nasional di Indonesia.
Latar Belakang Berdirinya Perhimpunan Indonesia (PI)
Sebelum dikenal sebagai Perhimpunan Indonesia, organisasi ini bernama Indische Vereeniging yang berdiri pada tahun 1908 di Belanda. Didirikan oleh mahasiswa Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia kala itu), organisasi ini awalnya bersifat sosial dan kebudayaan.
Tujuan utamanya adalah membantu mahasiswa asal Hindia menyesuaikan diri dengan kehidupan di Eropa, sekaligus menjadi wadah diskusi tentang pendidikan dan sosial. Namun, seiring waktu, suasana politik global dan semangat kebangkitan nasional turut mempengaruhi arah perjuangan mereka.
Perubahan Orientasi: Dari Indische Vereeniging ke Perhimpunan Indonesia
Transformasi besar terjadi pada 1922, ketika organisasi ini secara resmi mengganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pergantian nama ini bukan sekadar simbolis, tetapi juga menandai perubahan orientasi dari organisasi kultural menjadi gerakan politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara penuh.
Dalam manifesto politiknya tahun 1925, PI menyatakan dengan tegas bahwa tujuan utama mereka adalah “kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia.” Sikap ini menunjukkan pergeseran dari loyalitas terhadap pemerintah kolonial menjadi perjuangan anti-kolonial yang terbuka.
Tokoh-Tokoh Penting Perhimpunan Indonesia
Beberapa tokoh besar yang pernah aktif dalam Perhimpunan Indonesia antara lain:
- Mohammad Hatta : Ketua PI pada 1925–1930, tokoh ekonomi dan wakil presiden pertama Indonesia.
- Ali Sastroamidjojo: Diplomat ulung dan dua kali menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia.
- Sutan Sjahrir: Pemikir sosialisme demokratis dan perdana menteri pertama Republik Indonesia.
- Abdulmadjid Djojoadiningrat dan Raden Soetomo: Anggota awal yang turut merintis berdirinya organisasi.
Tokoh-tokoh ini tidak hanya aktif di Belanda, tetapi juga membangun jaringan internasional dengan organisasi mahasiswa di Eropa, memperkenalkan Indonesia ke forum-forum dunia.
Peran Perhimpunan Indonesia dalam Pergerakan Nasional
Perhimpunan Indonesia berperan penting dalam menginternasionalisasi isu kemerdekaan Indonesia. Melalui tulisan-tulisan di majalah Indonesia Merdeka, mereka menentang kolonialisme Belanda dan memperjuangkan pengakuan hak bangsa Indonesia di mata dunia.
PI juga menjalin hubungan dengan organisasi antikolonial di Eropa dan Asia, seperti Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussel (1927). Hubungan ini membantu memperluas dukungan internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, PI turut berkontribusi dalam membangun ide nasionalisme modern yakni kesadaran bahwa perjuangan tidak boleh bersifat kedaerahan, tetapi harus bersatu sebagai bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Hambatan dan Tekanan Politik
Aktivitas politik PI tidak selalu berjalan mulus. Pemerintah kolonial Belanda menganggap gerakan mereka berbahaya dan menuduhnya sebagai kegiatan subversif. Pada 1927, Mohammad Hatta dan kawan-kawan sempat ditangkap oleh pemerintah Belanda, meskipun akhirnya dibebaskan karena tidak terbukti melakukan kejahatan politik.
Peristiwa ini justru memperkuat tekad mereka. Hatta kemudian menulis artikel berjudul “Indonesia Vrij” (Indonesia Merdeka) yang menjadi simbol keteguhan perjuangan mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Dampak dan Warisan Sejarah
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, semangat dan pemikiran yang dibangun oleh Perhimpunan Indonesia tetap hidup. Banyak anggotanya kembali ke tanah air dan menjadi arsitek negara Indonesia merdeka.
PI juga mewariskan nilai-nilai penting:
- Nasionalisme yang berbasis intelektualitas, bukan semata emosi.
- Perjuangan diplomasi internasional untuk memperkuat posisi bangsa.
- Solidaritas lintas budaya dan lintas bangsa melawan kolonialisme.
- Warisan inilah yang menjadikan Perhimpunan Indonesia sebagai salah satu pilar penting dalam sejarah kebangkitan nasional Indonesia.
Sejarah Perhimpunan Indonesia bukan sekadar kisah organisasi mahasiswa di luar negeri, tetapi merupakan bab awal perjuangan intelektual menuju kemerdekaan Indonesia.
Dari perubahan orientasi politiknya, peran tokoh-tokohnya, hingga pengaruhnya terhadap diplomasi internasional, PI telah menanamkan semangat nasionalisme modern yang menjadi fondasi berdirinya Republik Indonesia.
Perhimpunan Indonesia membuktikan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya berlangsung di medan perang, tetapi juga di ruang diskusi, tulisan, dan diplomasi.
Sumber Pustaka
- Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
- Museum Sumpah Pemuda. “Sejarah Perhimpunan Indonesia.” https://museum-sumpahpemuda.kemdikbud.go.id/
- Kompas.com. “Perhimpunan Indonesia: Organisasi Mahasiswa Perintis Nasionalisme.” https://www.kompas.com/
- Historia.id. “Dari Indische Vereeniging ke Perhimpunan Indonesia.” https://historia.id/
Post a Comment
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Baik dan Sopan
1. Tidak diperkenankan menautkan Link Aktif di Kolom Komentar.
2. Dilarang beriklan dalam Komentar.
Komentar berkualitas dari anda sangat penting bagi kemajuan Blog kami.