
Apa Sih Grebeg Sekaten Itu?
Kalau kamu main ke Solo pas bulan Maulid (bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW), pasti bakal dengar soal Grebeg Sekaten. Event ini tuh legendaris banget, soalnya udah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa kuno, bahkan dari era Wali Songo. Jadi, jangan heran kalau tiap tahun acara ini rame banget, mulai dari warga lokal, wisatawan, sampai peneliti budaya.
Sekilas mungkin terlihat kayak pesta rakyat biasa: ada pasar malam, gamelan ditabuh, terus ada rebutan gunungan (tumpukan hasil bumi yang dibentuk kayak gunung). Tapi kalau kita kulik lebih dalam, ternyata Grebeg Sekaten punya makna yang super dalam: mulai dari dakwah Islam, filosofi kehidupan orang Jawa, sampai soal hubungan antara raja dan rakyatnya.
Sejarah Grebeg Sekaten, Dari Dakwah Sunan Kalijaga ke Pesta Tahunan
Asal-usul Grebeg Sekaten nggak bisa dilepasin dari nama Sunan Kalijaga. Beliau salah satu Wali Songo yang kreatif banget dalam menyebarkan Islam. Alih-alih dakwah pakai cara kaku, Sunan Kalijaga justru memanfaatkan seni gamelan. Beliau bikin gamelan khusus bernama Sekati.
Nah, kata Sekaten ini dipercaya berasal dari Syahadatain (dua kalimat syahadat). Jadi, orang-orang Jawa dulu yang datang ke acara gamelan ini nggak cuma dapat hiburan, tapi juga pelan-pelan kenal ajaran Islam. Pinter banget kan?
Keraton Surakarta nerusin tradisi ini sampai sekarang. Bedanya, acara ini makin meriah karena dipadukan dengan upacara kerajaan. Jadi, Grebeg Sekaten bukan cuma soal religi, tapi juga soal budaya dan identitas orang Jawa.
Rangkaian Acara Grebeg Sekaten, Dari Gamelan sampai Rebutan Gunungan
Biar nggak bingung, kita breakdown deh acara Grebeg Sekaten step by step:
- Gamelan Sekati keluar keraton
Dua gamelan sakral, Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari, dibawa keluar ke Masjid Agung Surakarta. Selama seminggu, gamelan ini ditabuh nonstop. Suaranya bikin suasana jadi megah sekaligus khidmat.
- Pasar Malam Sekaten
Nah, ini bagian paling ditunggu-tunggu banyak orang. Pasar malamnya super rame, isinya wahana, jajanan khas, sampai pertunjukan seni. Kalau anak-anak muda, biasanya paling happy di bagian ini.
- Hari Puncak: Gunungan
Di hari Maulid Nabi, keraton ngeluarin Gunungan. Ada macam-macam: gunungan lanang, gunungan wadon, sampai gunungan berisi jajanan. Semua disusun rapi kayak gunung mini.
- Arak-arakan Prajurit
Gunungan diarak sama prajurit keraton dengan pakaian adat lengkap. Rasanya kayak nonton parade budaya yang elegan banget.
- Doa dan Rebutan Gunungan
Sebelum direbut, gunungan didoakan dulu. Setelah itu, masyarakat langsung berebut isi gunungan karena dipercaya membawa berkah. Katanya sih kalau dapat bagian dari gunungan, hidup bakal lebih berkah dan rezeki lancar.
Filosofi dan Makna Simbolik Grebeg Sekaten.
Walaupun kelihatannya seru, Grebeg Sekaten sebenarnya punya makna filosofis yang dalam:
Gunungan = Kemakmuran : Gunungan itu simbol rezeki dan kesejahteraan. Bentuk gunung dipilih karena gunung di Jawa dianggap sumber kesuburan.
Syiar Islam Lewat Seni : Gamelan sekaten itu media dakwah yang halus. Jadi, hiburan sekaligus pengingat buat dekat sama Allah.
Raja & Rakyat : Dengan bagi-bagi gunungan, raja nunjukin kalau dia “bapak” rakyat, yang ngasih kemakmuran. Rakyat pun nunjukin loyalitas balik ke raja.
Kebersamaan : Rebutan gunungan bikin semua orang setara. Kaya, miskin, tua, muda—semua berbaur di satu momen.
Akulturasi Budaya : Sekaten adalah bukti kalau budaya Jawa dan Islam bisa nyatu dengan harmonis.
Nilai Sosial & Budaya Grebeg Sekaten
Kenapa Grebeg Sekaten masih dipertahankan sampai sekarang? Nih, beberapa alasannya:
- Spiritual : Jadi reminder buat umat Islam tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
- Pemersatu : Orang dari berbagai latar belakang kumpul jadi satu, nggak ada sekat sosial.
- Ekonomi Rakyat : Pasar malam jadi ladang rezeki buat pedagang kecil.
- Pelestarian Budaya : Seni gamelan dan tradisi keraton tetap hidup.
- Identitas Kota Solo : Grebeg Sekaten udah jadi ikon kota yang bikin bangga warganya.
Grebeg Sekaten di Era Kekinian: Masih Relevan Nggak Sih?
Mungkin ada yang mikir, “Ah, itu kan tradisi lama. Anak muda sekarang masih peduli nggak?” Jawabannya: masih banget!
Pariwisata → Event ini jadi magnet wisata. Banyak turis lokal maupun mancanegara datang khusus buat lihat Grebeg Sekaten.
Edukasi → Generasi muda bisa belajar soal sejarah, budaya, dan nilai kehidupan lewat acara ini.
Hiburan Modern → Pasar malam Sekaten selalu update, ada wahana modern juga, jadi nggak kalah sama hiburan kekinian.
Tantangan → Kadang aspek hiburannya lebih heboh daripada makna spiritualnya. Nah, ini PR buat kita semua biar tradisinya nggak sekadar jadi komersial.
Grebeg Sekaten Lebih dari Sekadar Pesta
Jadi, intinya Grebeg Sekaten di Surakarta itu bukan cuma pesta rakyat yang seru-seruan. Ada makna dalam banget di baliknya: syiar Islam, simbol kemakmuran, hubungan raja dan rakyat, sampai jadi ajang pemersatu masyarakat.
Buat anak muda, ikut ngeramein Grebeg Sekaten berarti kita ikut ngejaga warisan budaya sekaligus belajar nilai kehidupan. Karena tradisi kayak gini nggak cuma milik masa lalu, tapi juga bagian dari masa depan kita.
Referensi: Sutiyono. Grebeg Sekaten: Akulturasi Islam dan Budaya Jawa. Surakarta: UNS Press, 2010. | Website resmi Pemkot Surakarta: surakarta.go.id | Artikel budaya di Kompas: “Sekaten, Pesta Rakyat Penuh Makna”, 2023.
foto Artikel ; solopos, Joseph Howi Widodo (dengan sedikit spesial editing)
Post a Comment
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Baik dan Sopan
1. Tidak diperkenankan menautkan Link Aktif di Kolom Komentar.
2. Dilarang beriklan dalam Komentar.
Komentar berkualitas dari anda sangat penting bagi kemajuan Blog kami.